FMN KAMPANYEKAN PROGRAM PERJUANGAN
: Laporan Sosialisasi Hasil-hasil Workshop Pendidikan dan Kerja Massa serta Pleno III FMN



Salah satu pencapaian penting yang diraih perjuangan massa pada Reformasi ’98 adalah terbukanya (sedikit) keran kebebasan bagi rakyat untuk berpolitik. Inilah kiranya yang menjadi salah satu alasan semakin marak bermunculan organisasi-organisasi politik, dari mulai partai politik (Parpol), organisasi non-pemerintah (Ornop), organisasi massa (Ormas) dan yang lainnya. Alhasil, sudut pandang dan ekspresi politik masyarakatpun semakin beragam.

Di sektor mahasiswa, kemudian muncul bergam organisasi, baik dengan skala nasional, regional, maupun setatar kampus. Salah satu bendera organisasi massa mahasiswa yang belakangan acap berkibar dalam berbagai aktivitas politik di tanah air adalah Front Mahasiswa Nasional (FMN). Menjelang ulang tahunnya yang ke-7 pada 18 Mei 2010 nanti, FMN telah hadir di sejumlah kampus negeri maupun swasta di 22 kota di tanah air, salah satunya adalah di Bandung Raya, yang meliputi kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Universitas Jendral Ahmad Yani (Unjani).

Kamis, 21 Januari 2010 lalu, FMN Bandung sukses menyelengarakan sosialisasi hasil workshop Pendidikan dan Kerja Massa serta Pleno III FMN yang diselenggarakan pada 20-26 November 2009 di Purwokerto Banyumas. Sosialisasi ini digelar di kampus UPI, dan tidak hanya dihadiri oleh anggota dari tiga kampus FMN di Bandung Raya saja, namun juga diikuti oleh delegasi dari sejumlah organisasi mahasiswa lain, seperti Forum Aktivis Mahasiswa Unisba (FAMU), Lingkar Studi dan Aksi Kemasyarakatan (LSAK) UIN, serta Aliansi Mahasiswa Unikom (AMU).

Porsi waktu paling panjang dialokasikan untuk pembahasan kondisi objektif, dari mulai keadaan internasional, nasional, hingga kondisi keumuman di kampus-kampus di Indonesia. Salah satu kesimpulan yang ditarik adalah bahwa krisis global yang dipicu krisis overproduksi perumahan kelas dua di Amerika (serikat) telah membuat negeri-negeri induk imperialis dan terus menyeret mereka pada kebangkrutan demi kebangkrutan yang berimbas pada semakin melemahnya peran mereka dalam peta geopolitik dunia. Akibatnya, negeri-negeri induk imperialis terus memutar otak dan mengatur rencana guna meredam dampak krisis yang masih terus melaju ke titik negatif. Strategi umum yang diambil adalah meningkatkan eksploitasi di negeri satelitnya, baik lewat strategi pembangunan/ pengutan rezim boneka atau melalui perang guna mendapatkan pasar yang lebih luas.

“Neo-liberalisasi merupakan strategi Imperialis yang terus dipaksakan untuk diterima oleh seluruh negara di dunia. Pendidikan, sebagai sektor publik yang seharusnya bersih dari pertimbangan ekonomispun menjadi korban dari praktik neo-liberalisasi ini,” Ungkap Cepi, Koordinator FMN Bandung. Khusus di sektor pendidikan, FMN menurunkan program umum yang dirankum dalam tema “Turunkan Biaya SPP dan Segala Bentuk Pungutan Liar serta Berikan Jaminan Kebebasan Berorganisasi dan Berekspresi”. Selamat bekerja Front Mahasiswa Nasional. (A.N).



















Share:

No comments: