PERNYATAAN SIKAP FPR BANDUNG


PEMUDA MAHASISWA BERJUANG BERSAMA RAKYAT
MEREBUT HAK ATAS PENDIDIKAN DAN LAPANGAN PEKERJAAN

(Peringatan Hari Mahasiswa Internasional, 17 November 2009)


Krisis ekonomi dunia semakin dalam, kemerosotan ekonomi telah membawa petaka yang amat besar bagi mayoritas penduduk dunia, khususnya para pekerja dan kaum tani –yang didalamnya termasuk pemuda mahasiswa-, dan semua rakyat tertindas. Penghancuran terhadap penghidupan mahasiswa dan rakyat tertindas akan terus berlangsung tanpa henti। Hari ini, kekuatan imperialis dunia telah menunjukkan krisis yang semakin kronis dan akut. Sementara solusi yang mereka jalankan adalah menyelamatkan kepentingan kapitalis monopoli agar tetap bertahan kemudian menumbalkan kepentingan rakyat dalam negerinya dan seluruh rakyat tertindas di negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan. PHK massal yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran, merosotnya standar hidup layak rakyat, dan semua persoalan yang semakin menunjukkan dan meyakinkan betapa suramnya masa depan rakyat.

Kondisi krisis ekonomi Indonesia lebih mengenaskan. Kekeringan likuiditas yang menyelimuti perbankan nasional karena rendahnya kredit modal dan investasi telah memukul ekonomi riil yang mengarah pada kebangkrutan dan semakin memperdalam kerusakan ekonomi nasional. Program penyelamatan dengan stimulus berjumlah besar pun ternyata tidak menjawab persoalan pokok rakyat yang masih menjerit soal upah, tanah, dan kerja. Kenyataan ini membantah seluruh pernyataan rejim boneka dan kaki tanganya di negeri ini, mereka tetap melancarkan program pembodohan dengan menyatakan bahwa kapitalisme akan melahirkan kesejahteraan bagi dunia dan membawa kebebasan serta demokrasi. Namun kenyataannya adalah stagnansi, pembusukan, dan perang. Kesejahteraan dan demokrasi hanya fatamorgana yang mematikan. Mereka tetap menindas, membunuh rakyat secara halus dengan senjata, intimidasi politik, dan sebagainya.

Mahasiswa hari ini juga dihadapkan pada persoalan privatisasi dan komersialisasi pendidikan। Jutaan generasi negeri ini tidak bisa mengenyam pendidikan, karena harga pendidikan semakin menjerat leher rakyat –terutama kaum buruh dan tani serta rakyat miskin lainnya-. Jika dibandingkan dengan pendapatan penduduk Indonesia dalam sehari yang berkisar antara 2 US Dolar perhari (18-20 ribu dalam rupiah), dengan kebutuhan pokok hidup yang juga terus meningkat. Maka, sangat tidak mungkin rakyat miskin di negeri ini mampu membeli pendidikan yang sekarang berkisar jutaan. Mahasiswa juga berhadapan dengan persoalan lapangan pekerjaan. Di negara berkembang yang tidak mengenal jaminan sosial untuk penganggur, seseorang kerap tidak dimungkinkan menganggur sehingga untuk menyambung hidupnya pemuda mahasiswa harus bekerja apa saja –seperti bekerja dengan produktivitas yang sangat rendah di sektor informal-. Sehingga tidak heran jika kita banyak melihat sarjana menganggur atau berprofesi tidak sesuai dengan disiplin ilmunya.

Pemuda mahasiswa lulusan pendidikan tinggi yang tidak terserap dalam dunia kerja ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam sektor ketenagakerjaan dan perindustrian। Industri di Indonesia adalah industri yang sangat bergantung pada kekuatan modal asing (baca: imperialis), sehingga industri yang berkembang adalah industri dengan teknologi rendahan dan bukan industri nasional yang kuat dan mampu menyerap tenaga kerja ahli dan terampil. Industri dengan teknologi rendahan (manufaktur dan rakitan) tidak membutuhkan tenaga kerja ahli dan terampil, tetapi hanya butuh tenaga kerja yang siap diupah murah dengan keterampilan rendah.


PHK akan semakin besar, jaminan kesejahteraan buruh akan semakin minim karena pengusaha akan berusaha setengah mati untuk meminimalisasi pengeluaran, mulai dari mengintensifkan penindasan melalui sistem kerja kontrak dan outshourching, serta kebijakan upah buruh rendah (dibawah KHL dan UMK), artinya kaum buruh akan semakin berhadapan dengan mekanisme perusahaan yang sangat menghisap. Kaum tani akan berhadapan dengan semakin kerasnya negara terhadap kehidupan petani, bahkan dalam keadaan krisis bisa kita pastikan bahwa perampasan tanah petani dengan mengatasnamakan pembangunan infrastruktur akan semakin dilegalkan dan dianggap lumrah saja.


Melalui peringatan hari mahasiswa internasional ini kita mengingat kembali bahwa sejarah perjuangan rakyat Indonesia untuk mengusir penjajah dan merdeka tidak terlepas dari andil pemuda dan intelektual mahasiswa, pemuda mahasiswa telah membuktikan diri sebagai abdi setia perjuangan rakyat untuk pembebasan sejati। Hingga hari ini pun mahasiswa masih mengambil bagian aktif dalam perjuangan bersama rakyat, menuntut hak-hak dasar rakyat serta bersama melawan kesewenangan rejim boneka imperialis SBY-Boediono.


Perjuangan melawan rejim anti-rakyat harus terus digelorakan, peran penting yang dipegang pemuda mahasiswa di kota untuk terus menyuarakan jeritan parau petani di desa tentang tanahnya yang dirampas, para buruh di pabrik yang sudah tidak bisa menangis lagi karena upahnya yang terus dikurangi bahkan nasibnya yang tidak tentu karena outshourching dan kerja kontrak. Satu hal yang harus kita yakini bahwa buruh tidak pernah rela dibayar dengan upah yang rendah, diPHK sepihak atau bekerja di bawah penghisapan sistem outshourching। Kaum tani tidak pernah mau tanahnya dirampas begitu saja dan tidak ada keadilan apapun bagi mereka. Tidak ada satupun rakyat Indonesia yang mau hidup dalam ancaman penggusuran dari tempatnya mencari nafkah. Tidak ada satupun rakyat yang tidak mau berpendidikan, dan tidak ada satupun rakyat yang ingin hidup dalam keterbelakangan.


Atas dasar pokok-pokok persoalan di atas, melalui peringatan hari Mahasiswa Internasional ini kami menyatakan sikap dan menuntut:


  1. Sediakan lapangan pekerjaan yang layak dan memadai bagi pemuda Indonesia!
  2. Berikan sekolah gratis dan kuliah murah bagi anak buruh, buruh tani dan tani miskin!
  3. Naikkan upah buruh tani!
  4. Sediakan tanah untuk penggarap!
  5. Hentikan perluasan tanah perkebunan besar, hutan industri, wilayah pelatihan militer dan eksploitasi sumber daya alam lainnya untuk kepentingan imperialisme!
  6. Bebaskan kaum tani yang ditahan dan hentikan segala bentuk kekerasan dan tindak kriminalisasi terhadap kaum tani yang berjuang menuntut hak-haknya!
  7. Naikkan upah buruh sesuai standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL)!
  8. Berikan kebebasan berserikat bagi buruh!
  9. Hapuskan Sistem Kerja Kontrak dan Outshourching!
  10. Hentikan PHK massal!
  11. Berikan pelayanan kesehatan gratis untuk rakyat dan hentikan pencabutan subsidi kesehatan!
  12. Hentikan komersialisasi dan privatisasi pendidikan!
  13. Batalkan rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL)!
  14. Bebaskan lembaga-lembaga pemerintah dari kapital birokrat anti-rakyat!


Bandung, 18 Nopember 2009

FRONT PERJUANGAN RAKYAT (FPR)

Share:

No comments: