SIKLUS ABADI KEKERASAN


Sejarah mencatat,manusia dan kekerasan adalah dua hal identik yang tidak bisa dipisahkan. Kontradiksi, yang dalam kualitas tertentu disebut Kekerasan, selalu menandai setiap perubahan.

Sejauh ada perbedaan,kontradiksi maupun kekerasan tidak akan pernah bisa dihindari. Secara umum kualitas kekerasan hadir dalam bentuk verbal,psikis,serta fisik.

Menghadapi semakin ramainya diskursus kekerasan di kalangan publik tanah air, seyogianya semua sadar bahwa potensi kekerasan inheren di negeri yang bangsanya menjadikan perbedaan sebagai identitas sosial, seperti Indonesia.

Fokus perdebatan seharusnya dijuruskan pada upaya menyelidiki, untuk kemudian menyelesaikan latar belakang masalah di balik fenomena kekerasan yang berkembang. Sejauh kita mengingat,faktor terbesar yang mendasari lahirnya kekerasan adalah motif ekonomi.Ini bisa kita buktikan dengan mengkaji kembali berbagai literatur sejarah mengenai revolusi dan perang.

Dengan meyakini premis tersebut, maka kita tidak akan heran saat menyaksikan krisis global yang kian menggurita hari ini, berbanding lurus dengan eskalasi budaya kekerasan di tengah masyarakat. Sudah menjadi kesadaran umum,sistem yang berkuasa hari ini sangat tidak mendukung terciptanya tatanan masyarakat yang berkeadilan-sosial justru sebaliknya, kian hari semakin memperlebar jurang antarkelas dalam masyarakat.

Hari ini, segelintir orang semakin kaya akibat praktik monopoli yang dijalankannya, sementara sisanya menjadi lautan orang-orang yang semakin kalah dan terjerumus dalam lingkaran setan kemiskinan, kebodohan dan keterpasungan hak. Kelompok yang menikmati kue terbesar pembangunan negeri ini berdiri di atas rasa frustasi sebagian besar bangsa ini yang terpuruk di starata terbawah dalam piramida sosial.

Kenyataan inilah yang mendorong lahirnya budaya kekerasan yang semakin sporadik. Kekerasan menjai pilihan masayarakat ketika di situ sudah tidak ada pilihan lainnya.Kekerasan menjadi semacam pelampiasan atas kondisi sistemik yang menutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal. Jika kekerasan tidak bisa dihindarkan, maka hal yang harus kita lakukan adalah menjuruskan potensi kekerasan untuk melawan sistem.

Dengan kata lain mengarahkan kekerasan ke satu titik positif dalam upaya untuk menciptakan keadilan sosial, dan menghapuskan biang dan pemicu kekerasan yaitu kemiskinan. Jelas,harus kita sadari bahwa kedamaian tidak akan pernah tercipta selama ketidakadilan sosial masih meluas.
Kita harus menuntut negara untuk bersikap serius dalam mendukung terciptanya tatanan masyarakat yang berkeadilansosial. Jika negara tidak bisa menyambut tuntutan ini,maka niscaya budaya kekerasan pun tidak akan pernah bisa dihindari dan semakin menguat.
Share:

No comments: