WARGA TAKUT SERANGAN SUSULAN, PILIH MENGUNGSI

Aksi FMN Bandung memprotes sikap PTPN VIII (27/7).
PANGALENGAN- Pascakerusuhan di areal Perkebunan Teh Walatra, Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, pengungsi korban gempa memilih meninggalkan rumah, kemarin. Untuk sementara warga mengungsi ke rumah kerabat tak jauh dari lokasi perkebunan.

Warga masih khawatir terjadi serangan susulan dari warga yang tinggal di luar areal perkebunan. Sebelumnya pada Senin (25/7) siang, terjadi bentrok antarwarga yang tinggal didalam areal perkebunan dengan warga diluar areal perkebunan. Akibat insiden ini, lima unit rumah warga rusak.

Salah seorang warga pengungsi, Ny Sukaesih, 40, mengaku memilih mengungsi ke rumah orang tuanya yang masih Kecamatan Pangalengan. Menurut Sukaesih, bentrok antar warga yang membuat rumahnya jadi rusak itu masih membekas di hatinya.

"Saya masih takut sekali dengan kejadian itu. Makanya sekarang saya mengungsi dulu ke rumah orang tua di Pangalengan," kata Sukaesih di Pangalengan.

Selain membawa buntelan pakaian, sejumlah warga yang mengungsi, juga membawa serta barang berharga miliknya seperti televisi, radio dan tape. Hanya barang-barang ukuran besar seperti meja, kursi, lemari, dan tempat tidur saja yang ditinggalkan di rumahnya.

Situasi di areal perkebunan teh Walatra kini sudah mulai kondusif. Bahkan, beberapa warga ada yang sudah beraktivitas seperti semula. Di antarnya ada yang mencoba memperbaiki rumahnya yang rusak pasca bentrokan.

Warga yang tinggal di dalam areal perkebunan, sebagian di antaranya adalah pengungsi korban gempa yang mengguncang Jabar Selatan pada Sepetmber 2009 lalu.

Mereka sudah dua tahun tinggal di areal perkebunan. Menurut penuturan sejumlah warga, antara para buruh perkebunan dengan para pengungsi memang beberapa terjadi gesekan. Peristiwa Senin (25/7) lalu, menjadi puncak dari gesekan antar warga tersebut.

Insiden bentrok antarwarga itu bermula ketika warga di areal perkebunan menanam pohon di sebidang lahan kosong di areal perkebunan tersebut.

Namun tak lama kemudian, tanaman yang baru selesai ditanam itu dicabut kembali oleh warga lainnya yang tinggal di luar areal perkebunan. Hal ini memicu kemarahan warga yang tinggal di dalam perkebunan.

 Menurut informasi yang dihimpun Radar Bandung, warga di luar perkebunan menuding warga perkebunan hendak menyerobot lahan milik perkebunan Walatra.

"Akibat tidak terima tanamannya dibongkar, warga perkebunan sempat menanyakan maksud pencabutan itu. Tetapi yang terjadi malah timbul keributan, bahkan terjadi bentrok fisik antar warga hingga mengakibatkan beberapa rumah mengalami kerusakan," kata Camat Pangalengan Agus Suhendar.

Melalui upaya persuasif dari Muspika Pangalengan, kedua kubu yang bertikai telah dipertemukan. Dan menurut Agus, kini suasana di Perkebunan Teh Walatra sudah mulai kondusif.

Sebelumnya, Sekitar lima rumah milik korban gempa di areal Kebun Teh Walatra, Desa Sukamanah, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung dirusak ratusan orang tak dikenal. Massa itu kesal karena kebun teh yang mereka tanam di lahan perkebunan teh Malabar Pangalengan dicabuti oleh orang yang diduga penghuni rumah pengungsian korban gempa.

Perkampungan pengungsi korban gempa seluas 2 hektare di area Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Pangalengan secara tiba-tiba diserang massa sekitar pukul 10.00 WIB. Pengungsi yang berjumlah sekitar 150 orang itu, tidak bisa membendung amukan massa. Apalagi,  di antara warga pengungsi terdapat anak-anak dan ibu-ibu sehingga serangan massa itu tidak bisa terkendali.(apt)

Share:

No comments: